Malaikat Datang Membawakan Oleh-oleh Saat Wali Paidi Sakit, Apa Itu?
DutaIslam.Com –
Setelah
pertemuan di Gunung Pring Magelang itu, Wali Paidi jatuh
sakit. Ia menempuh perjalanan jauh yang tak terencana sebelumnya. Wali Paidi
pindah dari truk satu ke truk lainnya. Kadang kehujanan, dan seringkali
kepanasan. Tubuh Wali Paidi tidak kuat menerima semua itu.
Ia terbaring tak berdaya. Badannya panas, matanya semakin cekung karena kurang
tidur. Namun senyumnya masih tetap sama, cerah dan menyenangkan, tidak nampak
seperti orang yang sedang terkana penyakit. Mendengar Wali Paidi sakit, para
tetangga menjenguknya. Di antara mereka ada yang berinisiatif mengantarkan Wali
Paidi berobat ke rumah sakit terdekat, tapi ditolak.
"Biarlah, 2 atau 3 hari juga akan sembuh sendiri," jawabnya.
Para tetangga sangat sayang kepada Wali Paidi bukan karena dia wali (banyak
yang tidak tahu kalau Paidi adalah waliyullah), dan bukan juga karena ia orang
kaya. Wali Paidi disayang banyak orang karena ia dikenal dermawan, nyah-nyoh, suka menolong dan
sopan terhadap yang tua serta sayang kepada yang lebih muda.
Ia terus sakit. Memasuki hari ketiga, demam tubuh yang dialami Wali Paidi makin
meninggi. Sehabis shalat Isya yang ia lakukan dengan berbaring, tubuhnya tak
lagi kuat kuat menahan. Ia pun akhirnya tidak sadar dan pingsan.
Lama sekali ia tidur dalam ketidaksadaran itu hingga ada seseorang yang datang
menyeka tubuhnya dengan handuk dingin. Ia akhirnya siuman saat merasakan handuk
laki-laki tampan dan bersih itu.
"Siapa Anda?"
"Saya adalah amalan sholawat yang biasa sampeyan baca. Saya akan menjaga
sampeyan sampai sembuh," ucap pemuda. Deg, Wali Paidi kaget.
"Apakah aku sudah mati?"
"Belum," senyum mengembang dari pemuda tampan tak dikenal itu.
Wali Paidi tertegun dan terdiam. Tidak lama kemudian, ada yang mengetuk pintu
kamar Wali Paidi.
"Assalamu’alaikum".
"Waalaikumsalam,"
Wali Paidi dan pemuda menjawab bareng.
Sang Pemuda itu lalu membungkukkan badannya dan berbisik kepada Wali Paidi,
"Kang, tamu yang datang ini adalah malaikat," bisiknya.
"Apakah ia Malaikat Izrail?"
"Hehehe, bukan, tapi Malaikat Rahmat".
"Kalau begitu bukakan saja pintu kamarnya, Mad. Tak apa kan kalau kamu aku
panggil Somad?" ujar Wali Paidi
"Iya, tak masalah kang," Somad membuka pintu kamar.
Tampak masuk seorang pemuda yang juga tampan. Ia seperti membawa baskom.
"Siapakah Anda?" Wali Paidi bertanya lagi kepada tamu kedua nya itu.
"Saya Malaikat Rahmat."
"Kopikah yang kau bawa di baskom itu," Wali Paidi jan tenan. Dia
memang sudah lama tidak ngopi sejak sakit. Melihat baskom, pikirannya kopi dan
kopi. Wali Paidi memang dikenal Sufi (Suka Kofi).
"Hahaha...kang....kang," Somad tertawa.
Malaikat Rahmat lalu meletakkan baskom di meja yang terletak di sebelah kiri
tempat tidur Wali Paidi, lalu ia berkata, "Ini bukan kopi kang. Tapi air
dari telaga Kautsar untuk diminum dan buat berwudlu".
Cling, setelah mengantar oleh-oleh dari telaga Kautsar, malaikat berwujud
pemuda tampan tadi pamit. Namun selang lima menit kemudian, datang lagi seorang
tamu.
Ternyata, tamu yang akan datang ini adalah Baginda Nabi Muhammad Saw. Kamar
Wali Paidi yang awalnya bau apek, mendadak harum semerbak setelah Baginda Nabi
datang. Wali Paidi berusaha bangkit menghormati beliau, tapi Nabi menyuruhnya
tetap berbaring
"Ali Firdaus, bergembiralah, karena derajatmu sudah dinaikkan oleh
Allah," ucap Baginda Nabi.
Nama asli Wali Paidi adalah Ali Firdaus, tapi Nabi Khidir senang memanggil
dengan sebutan Paidi. Dari kata faedah. Harapan Nabi Khidir, Wali Paidi bakal
menjadi orang yang berfaedah. Sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat
buat sesamanya, dan itu akhirnya terbukti.
Mendengar perkataan Nabi, Wali Paidi hanya bisa menangis, tidak bisa
berkata-kata. Dia hanya bisam menangis dan menangis lagi.
Setelah Baginda Nabi Muhammad keluar, datang kemudian Nabi Khidir. Beliau
inilah yang banyak menurunkan ilmu-ilmu hikmah luar biasa kepada Wali Paidi.
Walau pertemuan Wali Paidi dengan Nabi Khidir begitu singkat, tapi ilmu yang
didapat Wali Paidi sama dengan ilmu orang yang belajar selama 100 tahun.
Setelah Nabi Khidzir, datang silih berganti wali-wali yang dikenal Wali Paidi.
Menjelang shubuh, datanglah Mas Kiai mursyid, guru dari Wali Paidi. Kala itu,
tubuh Wali Paidi sudah segar dan sehat. Ia datang membawa kopi dan rokok.
Usai jamaah Subuh, mereka berdua ngopi dan ngerokok bareng. Wali Paidi dapat
dapat banyak wejangan dari mas kiai mursyid, yang sedikit membuka rahasia Arsy
kepadanya, membuka jalan yang akan dihadapi Wali Paidi kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar